Praktek Budaya Karo Ditampilkan di KPI Mamre GBKB Klasis Jakarta Banten

Praktek Budaya Karo Ditampilkan di KPI Mamre GBKB Klasis Jakarta Banten

YOGYAKARTA, (suarasiber.co.id) – Di hari kedua KPI Mamre GBKB Klasis Jakarta Banten yang digelar di yogyakarta menampilkan praktek Budaya Karo. Salah satunya yang ditampilkan ialah tentang runggu adat pernikahan suku karo.

Runggu adalah suatu musyawarah yang biasa dilakukan oleh masyarakat Karo. Dalam runggu biasa diidentikan dengan percakapan antar keluarga mempelai pria dan perempuan dalam hal ini yang ingin melakukan adat perkawinan.

Ketua panitia, Surya pengarapan Barus mengatakan, tujuan praktek seminar budaya ini agar Mamre mengenal dan memahami budaya Karo dalam ini terkait runggu pernikahan adat Karo.

“Selama ini , khusus nya Mamre muda yang tinggal di Jakarta Banten mungkin kurang memahami adat pernikahan, melalui seminar budaya ini kita berharap Mamre muda dapat lebih memahami budaya karo adat perkawinan dalam hal terkait runggu,” kata Surya saat ditemui di hotel universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Sabtu (31/08) malam hari.

Selain memahami, Kata Surya Mamre muda sebagi generasi penerus nantinya dapat melanjutkan budaya runggu ini. “Jadi Mamre muda sudah paham nantinya, dan tidak salah alur Karena runggu ini wajib dilakukan saat melakukan pernikahan,” kata Surya

Diketahui, seminar ini merupakan program Mamre tahun 2024 , selain itu di KPI ini juga menggelar ibadah, Larva Tour ke merapi ” Ini juga kan sebagai penyegaran iman untuk kaum mamre (Kaum orang tua laki laki),” jelasnya.

Dalam pernikahan adat Karo, ada banyak tahapan yang harus dilalui pasangan sebelum hingga setelah menikah.

Pertama akan digelar pertemuan keluarga kedua keluarga mempelai untuk saling mengenal dan memperbincangkan untuk tahap selanjutnya.

Setelah dilakukan pertemuan , maka akan dilakukan maba belo selambar, yang artinya acara untuk meminang sang wanita. Disini sang wanita akan ditanyai kesiapan dirinya beserta keluarga untuk dipinang oleh keluarga pria.

Biasanya untuk melaksanakan prosesi ini dilakukan di rumah kalimbubu atau rumah mempelai perempuan.

Tahap ketiga akan dilakukan nganting manuk, Prosesi ini bisa dibilang yang terpenting, sebab dalam acara ini, kedua keluarga akan membahas lebih detil hal-hal mengenai pesta pernikahan.

Pada prosesi ini, kedua belah pihak membicarakan tentang gantang tumba (mas kawin).

Kalimbubu dan mata kerja atau membahas masalah tanggal, bulan dan tahun digelarnya pesta pernikahan.

Setelah itu, tahap ke empat akan dilakukan kerja adat, Biasanya selelum Kerja Adat atau Pesta Pernikahan digelar, paginya dilakukan dahulu tahapan pengesahan secara agama yang dianut.

Setelah selesai secara agama, maka dilanjutkan dengan kerja adat. Pada acara ini seluruh sanak keluarga, maupun teman dari kedua mempelai akan diundang untuk berkumpul guna melakukan prosesi adat runggu sangkep nggeluh dan tahapan acara lainnya.

Suasana yang meriah namun sakral akan mewarnai prosesi pernikahan adat Karo karena diisi dengan doa dan juga nasihat.

Selanjutnya, setelah kerja adat, akan dilakukan ngulihi tudung, dan terakhir prosesi ertaktak, pada acara ini akan dikulik masalah pengeluaran dalam acara pesta adat. Mungkin pada pesta tersebut masih ada barang atau keperluan yang belum dibayar, baik dari anak beru, sembuyak maupun kalimbubu.

Disini pula anak beru makan bersama dengan kalimbubu, sehingga diselesainkanlah semua masalah biaya pernikahan hingga tuntas.

Mari Berbagi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *